Lentera Bak Pantai



CERPEN-CERPENKU


Judul : Lentera Bak Pantai
Kategori : Kehidupan, Percintaan remaja
Penulis : Oky Dwi Prasetyo





Setetes embun pun sudah membasuh dedaunan, mentari pun memancarkan sinarnya. Segera ku bangun dari tidurku untuk menyambut pagi yang cerah. Namu semua itu, anugerah dari sang maha kuasa tak bias ku nikmati. Ku berjalan demi selangkah demi selangkah untuk keluar dari kesunyian ini. “krekkk….Non, hati-hati” kata mbok nah mencoba memegangiku. Mbok nah adalah orang yang selalu sabar menemaniku dalam hari hariku. “iya mbok…” sambil ku pegang tangannya dan dituntunnya aku. “mbok mama udah berangkat ?” tanyaku pelan. “udah non tadi pagi pagi sama bapak juga udah berangkat.” Jawab si mbok dengan sedih melihat aku seperti ini. Aku mengerti apa yang dirasakan si mbok saat ini. “mbok sudah ya jangan sedih aku ngak apa apa kok.” Mencoba menenangkan si mbok. Aku adalah anak bungsu dari keluarga yang cukup mapan menurutku. Tetapi pekerjaan orang tua ku menuntut untuk tidak memperdulikan anaknya. Aku cukup mengerti dengan keadaan di keluargaku. Aku punya penyakit mata dari kecil. Apa yang sedang terjadi aku tak bisa melihatnya aku hanya bisa merasakannya.

Singkat cerita aku sekarang duduk sendiri di taman dekat rumahku. Di situlah waktuku banyak ku luangkan hanya bersama Sound recorderku atau yang biasa aku sebut recorder saja. Recorder adalah alat perekam suara, alat itu hadiah dari nenekku dahulu ketika umurku 7 tahun. Recorder juga satu satunya yang selama ini menemaniku dan terus akan menjadi teman dalam hidupku. Terkadang apa yang aku rasakan apa yang ada di pikiran ku bicarakan pada recorderku. Terkadang juga aku suka menyanyi dan aku rekam di recorder itu. Dan ketika malam datang recorderku menemaniku selalu dengan ku pasang headset dan kudengarkan.

“srek srek….” Suara itu mengkagetkanku “apa itu?” tanyaku dalam hati. Tiba tiba ada seseorang yang berada disampingku. “maaf, siapa kamu?” tanyaku takut. “hai Ayana, aku Ichiko masih inget ngak ?” suaranya pelan. “ichiko ? ….emmm maaf aku lupa” tanyaku dengan gelisah. “siapa sebenarnya lelaki ini ?” tanyaku dalam hati. “aku yang dulu main sama kamu waktu kecil ayana” katanya sambil meyakinkanku. “ichiko ichiko ichiko ??” kataku sambil ku mengingatnya. “ ohh ichiko yang dulu tinggal di sebelah rumahku kan ? yang dulu suka main bersama ku kan ?” kataku senang. “iya ayana bener banget” katanya. Senyumannya sangat terasa di hatiku aku bisa merasakannya. “ichiko tapi…..” kataku sambil menunduk. “apa ayana ?” Tanyanya heran. “aku sekarang tidak seprti dulu lagi, akutidak bisa melihat senyumanmu lagi tidak bisa melihat tertawamu lagi dan tidak bisa main bersamamu lagi” kataku sambil meneteskan air mata. “ ayana, jangan nangis ayana….ayana kamu masih bisa merasakanku kok, kamu pasti bisa merasakanku saat ini…ayana kuat yaa” kata ichiko mengkuatkanku. “ ayana aku sekarang akan menemanimu mulai saat ini dan esok esok hari nanti, keluargaku sekarang tinggal disini lagi ayana” kata ichiko menenangkanku. “ iya kah ichiko ? benarkah ?”kataku senang. “iya ayana” kata ichiko. “jadi aku akan punya teman dong, makasih yaa ichiko” kataku sambil mengusap air mataku. Singkat cerita aku kembali ke rumahku dan langsung menuju kamar kesunyianku.

Kuletakkan tubuhku ini ke ranjang lebar. Ku pegang recorderku, dan ku rekam suaraku :

“ ayana hari ini kamu punya sesuatu yang special, bukan harta karun dari sulaiman. Bukan ribuan bunga, namun seorang yang akan menemanimu dan akan mengisi kekosongan kekosongan hari harimu…ayana kamu pasti senang”

Selesai ku rekam akan ku ulang ulang rekaman itu sampai beberapa kali. Lagi lagi air mata ini menetes di pipi. Singkat waktu akupun tertidur di ranjang yang empuk.

“ayana…..” suara itu mengkagetkanku. Ku cari suara suara itu. Kubuka jendela, ternyata itu suara ichiko. “ ehh ichiko dmana kamu?… kesinio aja ngak apa apa” kataku dengan terharu. “iyaa deh aku kesitu..aku tunggu di depan ya” kata ichiko berteriak. “iya ichiko…tapi bentar yaa aku belum mandi..hehe tak mandi dulu ya..” kataku sambil tertawa senang. Singkat waktu aku sudah di depan pintu sambil mencari ichiko. “ichiko….kamu dimana ?” kataku sambil mencari cari. Tiba tiba ada yang mengkagetkanku dari belakang. “dorrr…hahaha aku disini ayana…” katanya sambil menggendongku dan membawaku ke taman. “ nakal kamu teriakku” sambil aku tersenyum bahagia. “ ichiko ayok bawa aku ke ayun ayun…aku ingin mainan ayun ayun” kataku manja. “iyaa nyonya ratu” katanya sambil meledekku.

Hubungan hubungan aku dan ichiko semakin hari semakin akrab saja. Bagai bintang dan bulan, semakin dekat semakin terasa. Aku bagaikan bulan ichiko bagaikan bintang. Ichiko yang menghiasi hari hariku samapai bisa membuat aku bahagia seperti ini. Ichiko mampu bersabar dalam menemaniku. Sampai sampai bahwa rasa yang ada di hatiku semakin hari semakin tak ku mengerti. Ada rasa suka terhadap ichiko dan hatiku berdetak detak kencang kalau aku mendekatinya. “ohh tuhan apakah ini pertanda bahwa aku suka padanya ?” kataku dalam hati. “tetapi apakah perasaan ichiko sama dengan apa yang aku rasakan saat ini ? dan apakah ichiko mau dengan keadaankun yang seperti ini ?” kataku sambil gelisah. Ku ambil recorderku, dan akan aku rekam perasaanku ini.

“Ayana…kamu menyukai ichiko..kamu mulai menyukainya pada saat dia datang menghampirimu….ayana sangat sayang ichiko…hati ayana berdetak detak saat ayana dekat dengan ichiko…ayana mearsakan jatuh cinta pertama kali…rasanya memang sedikit hambar..tapi ayana tetap akan menyimpan perasaan ini…ichiko ???? apakah perasaan ichiko sama dengan ayana ?? ichiko, ayana ingin ichiko menjadi arti di hari hari esok ayana….ichiko semoga ichiko mendengarkannya….”

“ tetapi ichiko, ayana sadar atas keadaan ayana…ayana tidak mungkin bisa memiliki ichiko..karena keterbatasan ayana”


Malam sudah berganti malam siang sudah berganti siang, namun perasaan ini masih tetap aku simpan. Seandainya aku bisa melihat wajahmu ichiko, pasti perasaanku senang sekali. Tapi ini semua sudah cukup bagiku ichiko kehadiranmu sungguh berarti buatku.

Suatu hari ichiko mengajakku ke sebuah pantai. Di pantai itu adalah satu satunya sebuah peristiwa yang akan ku kenang sepanjang hidupku. Sebelum berangkat aku berdandan secantik mungkin dan pastinya di bantu oleh mbok nah. “teng teng….”bunyi bel pun terdengar. Segera di bukan pintu oleh mbok nah. Aku pun lansung melesat juga di ambang balik pintu. “ ayana….” Kata ichiko segar. “mbok, ayana saya ajak jalan-jalan yaa..” kata ichiko kepada mbok nah. “ oh silahkan den nona sudah cantik kok..” kata mbok nah sambil bergurau. “ichiko…” kataku. “ ayana ayok sini ayok segera berangkat” kata ichiko mengajakku.

Aku bangun dari tidurku, ada angin segar yang menerpa tubuh hangatku. “Ichiko…ichiko…..??” kataku sambil meraba jok mobilnya. “Ichiko……!!!!” teriakku. “ ohh iya ayana maaf aku tadi habis keluar mobil melihat pantai” kata ichiko tiba-tiba. “ ichiko, ayana takut” kataku sambil berusaha berdiri. “sini ayana aku bantu…” kata ichiko. Sambil tangan ichiko memegangku, dan menuntunku keluar mobil. “ichiko ini dimana ?” kataku pelan. “kita sudah sampai ayana” kata ichiko sambil mendekat diri kepadaku. “ ichiko dimana recorderku ? dimana si ?” kataku bertanya kepada ichiko dan aku menggeledahi tubuhku. Biasanya aku ikatkan di leherku. “lho dimana ayana ? aku juga ngak tahu ? ahh aku coba cari di mobil…” kata ichiko kemudian berlari ke mobil. “iya ichiko carilah” kataku dengan tetap mencari cari recorder kesayanganku. entah berapa lama ichiko mencari di dalam mobil. “Ichiko…..!!!!” teriakku. “iyaa bental ayana” kata ichiko. “Ichiko…??” kataku dalam hati. “Oh di recorder itu ada rahasia perasaanku kepadamu ichiko….oh tidak!!!” kataku pelan dengan gelisah.

Tiba-tiba ada suara yang mengkagetkanku “ ayana…ayana………” kata ichiko sambil memelukku. “hah ichiko ??” kataku. “ayana aku udah ngerti semua kok…” kata ichiko sambil tersenyum. “ahh ichiko apa an si ?” kataku mengalihkan pembicarann. “ayana, ichiko mau menjadi arti di hari-hari esok ayana” kata ichiko smbil tetap memelukku. “benarkah ichiko kamu mau ?” kataku pelan. “benar ichiko…aku mau menjadi pendampingmu” kata ichiko lembut. “ tapi ichiko…..?” kataku. “ tapi apa ayana…?” kata ichiko. “ tapi apakah ichiko mau dengan ayana yang memiliki keterbatasan ini ?” kataku sambil menangis. “ ayana…aku menyukaimu tanpa memandang apa yang kamu miliki….aku ingin menjadi milikmu sepenuhnya ayana” kata ichiko menyakinkan pertanyaanku. “ichiko……” kataku kemudian aku memeluknya.

Singkat waktu, aku dan ichiko sudah pulang. Aku hanya di kamar sendiri dan masih tersenyum-senyum sendiri. Dan aku ambil recorderku dan kurekam :

“ ayana, hari ini adalah hari yang tidak akan pernah kamu lupakan sepanjang hidupmu…ayana sungguh berterimakasihlah kepada tuhan…”.

“tuhan….terimakasih engkau telah mendengar doaku, terima kasih tuhan”.
“ buat kamu ichiko, hati ini akan selalu untukmu dan akan selalu untukmu ichiko……I LOVE YOU”.



Masih ada lagi silahkan.




Salam sastra.

Post a Comment

Previous Post Next Post