Rain






CERPEN-CERPENKU

Judul : Rain
Kategori : Percintaan remaja
Penulis : Oky Dwi Prasetyo





Mendung di langit tak hilang – hilang dari tatapanku. Jam pukul 12.30 setengah jam lagi bel pulang pun berbunyi. Sementara itu wanita separuh baya sedang berdiri dan berkata – kata bagaikan pensyair ulung pulang dari kejuaraan memperoleh penghargaan. “ting tung..” HP ku tiba - tiba berdering. Ku baca dari siapa sms itu “sayang, mendung…gimana nih?”, “liat saja nanti sayang di parkiran belakang” aku membalasnya cepat. Yaa benar aku punya pacar bernama Diandra, aku sudah dua bulan bersamanya. Aku punya janji dengannya keluar mencari buku.

“teng teng..” bel pulang pun menggema di telingaku. Lesap sudah pelajaran hari ini. Tapi langit pun masih menyimpan gumpalan awan hitam itu “ahhh…mendung” beringasku dalam hati. Ku berlari ke parkiran belakang untuk menjemput sepedaku. Ternyata Diandra sudah bertengger disana dengan penuh kegelisahan. “kenapa kamu sayang ?” tanyaku heran pada Diandra. “Tidak sayang aku hanya..emm..ayok sayang berangkat beli buku, buru hujan nih!” kata Diandra yang tergesa gesa dan memberi sejuta pertanyaan di benakku. Langsung ku tancap sepedaku dan menuju ke sebuah toko buku.

“Sayang….” Kataku membuka pembicaraan. “emm…??” katanya membalas. “sayang ada apa sih?” kataku kepada Diandra. “Ada masalah apa?” aku menimpali. “Nggak, nggak ada apa – apa kok!” jawabnya. “Ini loh bukunya yang aku cari nggak ada” katanya dengan gelisah. “Lho..terus gimana sayang?” kataku dengan gelisah pula. “Yaudah deh sayang nggak apa-apa kok, aku bisa mencarinya besok-besok” jawabnya dengan senyumnya yang manis. Aku pun menuruti kata – kata Diandra.

Langit pun masih menyimpan gumpalan – gumpalan awan tebal hitam. Di atas sepeda aku bersamanya mengitari kota metropolitan ini. Tetapi raut wajah Diandra tak tampak sumringah. Dia tertunduk kaku, entah kenapa dengan dia. Wujud kakunya tiba tiba mengaggetkanku dengan suara yang memanggilku “Pin ? ehh maksudku sayang ?”. “Iya sayang ?” jawabku singkat. “Aku ingin ke taman seberang itu bentar saja” katanya dengan ekspresi biasa. Aku bingung dengan sikapnya yang hari ini tiba – tiba menampilkan ksedihan di raut mukanya dan sedikit tak memperhatikanku.

Sepedaku pun melaju ke taman seberang yang di inginkan Diandra. Awan tebal masih menyelimuti langit. Begitu aku masih menyimpan sejuta pertanyaan kepada Diandra. Selangkah demi selangkah aku dan Diandra menyusuri taman. Tapi tak sepatah kata pun terucap dari Diandra. Entah untuk apa Diandra mengajakku ke taman ini. Akhirnya awan tebal itu mencoba membasahi bumi, rintik – rintik hujan berjatuhan dari langit. Lama kelamaan deras hujan semakin berjatuhan. Aku kaget, tangan Diandra mencoba mengenggam tanganku dan berusaha mengucapkan sepatah kata “ Pin, maafkan aku...tapi aku ingin hubungan kita berdua kita sudahi”, “maafkan aku Pin” kata Diandra menimpali. Tubuhku tegang kaku mendengar kata – kata Diandra. “tapi…kenapa ?” aku mencoba meresponnya. “tapi, kenapa? Kenapa kamu ingin kita putus?” timpalku dengan gemetara. Diandra tak menjawab perkataanku, Diandra pergi dari sisiku dan mengucapkan “Bye..Pin”. Aku melihatnya dengan tertunduk, “apa salahku?” kataku dalam hati yang gemetar ini. Aku dalam lamunan kesedihanku. Sedangkang Diandra telah pergi entah kemana. Hujan masih terus menemaniku dengan tangisan kesedihanku.

Keesokan harinya, langit sudah berganti warna. Saatnya bangkit dari ketidakmampuan menjadi bisa. Aku pergi dengan kepercayaan diriku meraih sejuta mimpi pengharapanku. Sentak sepedaku terhenti di tetangga sebelah rumah Diandra. Terlintas Diandra menghampiri laki – laki yang sepertinya aku kenal. Diandra memeluk laki laki yang aku kenal itu, dan pergilah Diandra bersamanya.
                                                                    TAMAT





Salam sastra.

Post a Comment

Previous Post Next Post